Ar Raudhah Sumenep

Bikin Haru dan Bangga, Kisah Inspiratif Santri Belia

Bikin Haru dan Bangga, Kisah Inspiratif Santri Belia

AR-Media. – Sudah tidak bisa dipungkiri Pondok Pesantren saat ini menjadi bagian terpenting dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Selain berfokus memberikan pendidikan agama, pendidikan ilmu pengetahuan juga diajarkan, begitu juga penanaman nilai-nilai kehidupan yang islami pada para santri menjadi perhatian serius dalam proses pendidikan di Pesantren

Pondok Pesantren Ar-Raudhah Sumenep menjadi salah satu yang memiliki peran penting dalam mewujudkan misi suci itu, lembaga pendidikan perpaduan salaf-modern ini sudah mulai dipercaya masyarakat secara luas, terbukti para santri yang ada saat ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

Diantara ratusan santri yang bermukim di Pondok Pesantren yang berada di wilayah kota Sumenep ini, terdapat beberapa santri cilik yang patut diapresiasi, dari segi usia masih tergolong sangat muda dan masih duduk di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah Moh. Hafidul Ahkam, Di usia nya yang masih sangat belia jika dibandingkan dengan teman-teman lain pada umumnya, dia dengan ikhlas meninggalkan masa kanak-kanaknya untuk belajar di Pondok Pesantren asuhan KH. Asa’di Syarqawi itu, santri yang saat ini duduk di kelas IV MIN Negri 2 Sumenep berasal dari daerah Probolinggo, Jawa Timur. Santri yang selalu murah seyum ini harus rela berpisah jauh dengan jarak ratusan kilo dengan keluarganya di Probolinggo.

Meski dengan usia yang berbeda, ia hidup di pesantren layaknya santri yang lain yang lebih dewasa, sikap dan karakter kesantriannya mulai tertanam dalam kesehariannya, perlahan ia bisa meninggalkan masa kanak-kanaknya dengan bekal tekad yang kuat untuk hidup di Pesantren dan dukungan penuh dari kedua orang tuanya.

Di awal mula ia baru mendaftar sebagai santri baru, lelaki yang familiar dengan panggilan nama Hafa ini tidak jarang ditemui menangis tersedu di beberapa sudut asrama, terlihat air matanya menetes dipipinya dengan sesekali ia tertunduk menahan rasa rindu. Wajar, siapa sih yang rela jauh dari orang tua apalagi di usia yang masih belum 10 tahun, usia dimana biasanya dihabiskan untuk bermain dan bersenang-senang dengan teman sebayanya dikampung. Tapi hal itu tidak butuh lama, berkat pendampingan dan bimbingan dari para pengurus dan asatidz yang ada ia mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan Pondok Pesantren, sudah bisa berbaur dengan teman-teman asramanya, perlahan senyuman ceria sudah mulai tampak dari wajahnya, semua kegiatan yang ada sudah mampu ia jalani dengan baik.

Kini, ia menjelma menjadi santri yang super aktif, bayang-bayang kerinduan akan kampung halamannya mulai tergantikan dengan hafalan-hafalan ayat suci Al Quran, karena ia memilih program Tahfidhul Quran dengan banyak menghabiskan waktunya untuk menghafal dan muraja’ah. Berbagai program dan Kegiatan juga sudah ia jalani dengan penuh gembira, kesenjangan usia sudah bukan lagi menjadi persolan.

Semoga kelak menjadi pribadi yang shaleh, berguna untuk agama dan bangsa, sebagaimana harapan kedua orang tuanya. (AKF)

Adm AR Media

Khadimul Ma'had

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Assalamu'alaikum.. Tim dukungan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!